Menuju Era Perpustakaan Digital



Oleh : Husnul Khatimah

Perpustakaan vs Toko Buku
Dengan ditemukannya bentuk-bentuk tulisan pada zaman dahulu, maka telah mulai dikenal juga perpustakaan. Perpustakaan pada awalnya didirikan di biara-biara dan candi-candi karena sebagian besar tulisan-tulisan itu berisi informasi tentang agama dan persembahyangan. Fungsi perpustakaan sebagai pusat penyimpanan arsip dan informasi sangat dominan pada masa lalu. Pada masa ini, perpustakaan telah lebih dikenal oleh masyarakat dari pada masa-masa yang lalu, meskipun sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa perpustakaan hanyalah gudang buku. Perpustakaan hanya populer di kalangan para pecinta buku saja atau pelajar/mahasiswa yang membutuhkan literatur untuk mengerjakan tugas. Hal ini disebabkan masyarakat kurang mengetahui manfaat yang dapat diperoleh dari kunjungan ke perpustakaan. Masyarakat lebih senang membaca buku di toko buku atau lebih tertarik untuk menghabiskan waktu dengan berkunjung ke pusat-pusat perbelanjaan daripada menghabiskan waktu di perpustakaan. Menurut Alfons Taryadi dalam bukunya, Buku dalam Indonesia Baru, di Indonesia terdapat satu perpustakaan nasional, 117.000 perpustakaan sekolah dengan total koleksi 106 juta buku, 798 perpustakaan khususdan perpustakaan yang disediakan untuk masyarakat umum berjumlah 2.583 perpustakaan. Dengan jumlah sedemikian, perpustakaan kerap diidentikkan sebagai sebuah bangunan yang menyimpan koleksi-koleksi buku-buku tua.

Jika kita melihat pengertian yang lebih luas tentang perpustakaan yang dikemukan oleh Wirawan (1984) bahwa perpustakaan adalah koleksi bahan pustaka yang disusun secara sistematis dengan tujuan untuk pengawasan, pendidikan, penelitian, management, penyembuhan, rekreasi dan sebagainya, kemudian pengertian menurut M. Sabirin Nasution bahwa perpustakaan adalah suatu unit kerja yang bertugas mengumpulkan, menyimpan, memelihara dan mengelola pememfaatan bahan pustaka, dengan mempergunakaan sistem tertentu untuk tujuan bacaan ataupun penelitian. Dari pengertian perpustakaan yang tersebut diatas terlihat dengan jelas bahwa tugas perpustakaan tidaklah ringan. Dalam hal melaksanakan tugas untuk mengumpulkan bahan pustaka saja merupakan tugas yang cukup berat, sebab tidak semua penerbit bersedia mengirimkan bahan pustaka yang diterbitkannya ke perpustakaan. Hal ini akan lebih terasa berat apabila pemakai perpustakaan membutuhkan bahan pustaka untuk kebutuhan pendidikan dan penelitian.

Suatu perpustakaan adalah perpaduan dari 7 unsur atau komponen pokok yaitu:
  1. Unsur tujuan, adalah sesuatu yang ingin dicapai oleh perpustakaan. Perpustakaan harus beraktifitas, bergiat dan berproses untuk dapat tercapainya tujuan tersebut. tujuan perpustakaan berorientasi kepada kepentingan pemakai, bangsa dan negara.
  2. Unsur koleksi bahan pustaka. Koleksi perpustakaan adalah berupa informasi, pengetahuan, fakta, ide, dan sebagainnya, baik yang tercetak ataupun terekam. Informasi tersebut dapat berbentuk buku, majalah, brosur, surat kabar, piringan hitam, slide, film, kaset, foto dan sebagainya yang tercakup dalam istilah bahan pustaka.
  3. Unsur gedung/ruangan dan perlengkapan. Gedung perpustakaan hendaknya mempunyai bentuk khusus yang membedakannya dengan gedung-gedung yang lain. Begitu juga dengan ruangan-ruangan yang terdapat di dalamnya, harus disesuaikan dengan kegiatan yang dilaksanakan oleh perpustakaan yaitu kegiatan pengadaan, pengolahan, pemiliharaan, pelayanan dan sebagainya. Perlengkapan perpustakaan disesuaikan juga, misalnya bentuk meja sirkulasi, rak-rak buku, rak majalah, meja/kursi untuk pemakai perpustakaan yang ingin belajar sendiri dan lain sebagainya.
  4. Unsur sistem tertentu. Sistem adalah tehnik, metode atau cara. Prasarana, sarana dan kegiatan perpustakaan semua ditata, dikelola dan dilaksnakan dengan sistem tertentu. Sistem ini yang antara lain membedakan perpustakaan dengan toko buku dan lain-lain. Sistem tertentu pada perpustakaan misalnya sistem katalogisasi, sistem klassifikasi, tajuk subjek, filing dan sebagainya.
  5. Unsur organisasi dan tata kerja. Perpustakaan mempunyai wadah, pembagian tugas dan sumber daya. Suatu perpustakaan merupakan suatu unit kerja atau suatu satuan organisasi yang mempunyai tugas sesuai dengan fungsi dan tujuan perpustakaan.
  6. Unsur tenaga. Perpustakaan haruslah dikelola oleh tenaga yang berpendidikan dan berketerampilan perpustakaan. Disamping mempuyai pengetahuan dan keterampilan perpustakaan, seorang tenaga perpustakaan juga harus mempunyai jiwa mengabdi untuk kepentingan masyarakat yang dilayaninya: berusaha untuk meningkatkan minat baca masyarakat, rajin, tekun, teliti, dan selalu siap sedia untuk memberikan bimbingan dan pengarahan tentang cara penggunaan perpustakaan, sehingga masyarakat akan tertarik untuk berkunjung ke perpustakaan dan menjamin bahan pustaka yang tersedia.
  7. Unsur masyarakat yang dilayani. Masyarakat ini berada diluar bentuk fisik perpustakaan, namun perpustakaan dibentuk dan diselenggarakan terutama untuk kepentingan masyarakat. Oleh kerena itu perpustakaan tanpa masyarakat yang dilayani, tidak akan ada manfaatnya. Masyarakat adalah suatu unsur terutama dalam penyelenggaraan perpustakaan.

Ketujuh unsur yang tersebut diatas terpadu dalam satu kesatuan yang disebut perpustakaan. Masing-masing unsur saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Sesuai dengan tujuan dan pengartian perpustakaan yang telah disebutkan diatas, maka akan dapat kita ketahui bahwa dari ketujuh unsur yang paling utama adalah unsur bahan pustaka dan unsur masyarakat pemakai.

Dari pengertian diatas juga dapat dilihat dengan jelas perbedaan perpustakaan dengan toko buku. Perpustakaan lebih berfungsi sosial untuk memberikan sumber informasi dengan cara yang mudah dan murah kepada masyarakat pemakai perpustakaan dengan tujuan mencerdaskan kehidupan masyarakat secara luas. Hal ini sesuai dengan isi pembukaan UUD ’45 alinea ke 4 : “...untuk mencerdaskan kehidupan bangsa...”. Usaha yang pertama dilakukan adalah bagaimana cara untuk memberantas buta huruf pada masyarakat pemerintah menyadari bahwa untuk tercapainya tujuan di atas, masyarakat perlu membaca. Dalam usaha memupuk kegemaran membaca, maka pemerintah berusaha menyediakan bahan-bahan bacaan yaitu dengan mendirikan perpustakaan-perpustakaan. Sedangkan keberadaan toko buku yang sekarang ini mulai menjamur di Indonesia (dengan tidak mengabaikan fungsinya dalam upaya pencerdasan masyarakat) lebih menitikberatkan segi ekonomisnya.

Teknologi Informasi, Automasi Perpustakaan dan Digital Library
Zaman terus berubah seiring dengan perkembangan teknologi yang diciptakan manusia untuk mempermudah mendapatkan banyak hal, terutama informasi. ”Siapa yang menguasai informasi tentu dapat menguasai dunia”. Hal ini yang membuat perkembangan teknologi khususnya teknologi informasi (TI) semakin pesat dan selalu menciptakan inovasi-inovasi baru. Teknologi informasi merupakan kombinasi  teknologi/komputer yang digunakan untuk pengolahan data, menyimpan data dan untuk menyebarluaskan informasi. Ada empat unsur pokok dalam TI yaitu: (1) Human dalam artian Sumber Daya Manusia, yang merupakan unsur yang dominan, (2) Mesin (komputer), hanya merupakan pendukung manusia, (3) Information (informasi), yaitu data-data, dan (4) Komunikasi atau jaringan. Faktor penggerak dari pesatnya kemajuan TI antara lain adanya kemudahan mendapatkan produk TI dengan permintaan pasar yang tinggi membuat harga semakin terjangkau untuk memperoleh produk TI. Selain itu tuntutan akan kemampuan untuk menguasai teknologi informasi dan tuntutan layanan masyarakat serba “klick”.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi atau information and comunication technology (ICT) telah membawa perubahan dalam berbagai sektor, termasuk dunia perpustakaan. Perpustakaan sebagai institusi pengelola informasi merupakan salah satu bidang penerapan teknologi informasi yang berkembang dengan pesat. Perkembangan dari penerapan teknologi informasi bisa kita lihat dari perkembangan jenis perpustakaan yang selalu berkaitan dengan dengan teknologi informasi, diawali dari perpustakaan manual, perpustakaan terautomasi, perpustakaan digital atau digital library. Ukuran perkembangan jenis perpustakaan banyak diukur dari penerapan teknologi informasi yang digunakan dan bukan dari skala ukuran lain seperti besar gedung yang digunakan, jumlah koleksi yang tersedia maupun jumlah penggunanya. Pemanfaatan ICT sebagai sarana dalam meningkatkan kualitas layanan dan operasional telah membawa perubahan yang besar di perpustakaan.

Kebutuhan akan TI sangat berhubungan dengan peran dari perpustakaan sebagai kekuatan dalam pelestarian dan penyebaran informasi ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang berkembang seiring dengan menulis, mencetak, mendidik dan kebutuhan manusia akan informasi. Perpustakaan membagi rata informasi dengan cara mengidentifikasi, mengumpulkan, mengelola dan menyediakanya untuk umum. Penerapan teknologi informasi di  perpustakaan dapat difungsikan dalam berbagai bentuk, antara lain:
  1. Penerapan teknologi informasi digunakan sebagai Sistem Informasi Manajemen Perpustakaan. Bidang pekerjaan yang dapat diintegrasikan dengan sistem informasi perpustakaan adalah pengadaan, inventarisasi, katalogisasi, pengolahan, sirkulasi bahan pustaka, pengelolaan anggota, statistik dan lain sebagainya. Fungsi ini sering diistilahkan sebagai bentuk Automasi Perpustakaan.
  2. Penerapan teknologi informasi sebagai sarana untuk menyimpan, mendapatkan dan menyebarluaskan informasi ilmu pengetahuan dalam format digital. Bentuk penerapan TI dalam perpustakaan ini sering dikenal dengan Perpustakaan Digital.

Kedua fungsi penerapan teknologi informasi ini dapat terpisah maupun terintegrasi dalam suatu sistem informasi tergantung dari kemampuan software yang digunakan, sumber daya manusia dan infrastruktur peralatan teknologi informasi yang mendukung keduanya.

Automasi Perpustakaan adalah sebuah sebuah proses pengelolaan perpustakaan dengan menggunakan bantuan teknologi informasi (TI). Pemanfaatan TI untuk kegiatan-kegiatan perpustakaan meliputi pengadaan, pengolahan, penyimpanan dan menyebarluaskan informasi dan mengubah sistem perpustakaan manual menjadi sistem perpustakaan terkomputerisasi. Dengan bantuan teknologi informasi maka beberapa pekerjaan manual dapat dipercepat dan diefisienkan. Selain itu proses pengolahan data koleksi menjadi lebih akurat dan cepat untuk ditelusur kembali. Dengan demikian para pustakawan dapat menggunakan waktu lebihnya untuk mengurusi pengembangan perpustakaan karena beberapa pekerjaan yang bersifat berulang (repetable) sudah diambil alih oleh komputer. Automasi Perpustakaan bukanlah hal yang baru lagi di kalangan dunia perpustakaan. Konsep dan implementasinya sudah dilakukan sejak lama, namun di indonesia baru populer baru-baru ini setelah perkembangan TI di Indonesia mulai berkembang pesat. (Hassane, Nur, 2007)

Kegiatan Perpustakaan yang dapat diautomasikan dapat berupa :
1. Teknis operasional
·         Akuisisi (pengadaan, penelurusan informasi, seleksi, pemesanan, penerimaan)
·         Pengolahan ( Katalogisasi, klasifikasi, pengindeksan. Membuat bibliografi)
·         Pelayanan (Sirkulasi, PAC,SDI. Statistik)
·         Pemeliharaan/Perawatan
2. Administrasi antara lain surat menyurat. Program aplikasi automasi sirkulasi, meliputi PAC (public access cataloguing), data komputer, peminjaman (baik batas jumlah pinjaman, batas waktu pinjaman dan reservasi atau pemesanan), pengembalian (seperti teguran keterlambatan, denda dan perpanjangan pinjaman buku), statistik (pelaporan).

Saat ini hampir semua perpustakaan perguruan tinggi di Indonesia telah menerapakan apa yang disebut dengan sistem automasi perpustakaan. Sebagai contoh LARIS (Library Automation and Retriaval Information System) untuk automasi di Perpustakaan Universitas Airlangga, LASer (Library Automation Service) untuk automasi Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Malang, New Spektra untuk automasi di Perpustakaan Universitas Kristen Petra Surabaya, InSLA (Integration System for Library Automation) untuk automasi Perpustakaan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung, dan lain sebagainya.

Seperti yang dikatakan oleh Zainal A. Hasibuan, digital library atau sistem perpustakaan digital merupakan konsep menggunakan internet dan teknologi informasi dalam manajemen perpustakaan. Sedangkan Ismail Fahmi mengatakan bahwa perpustakaan digital adalah sebuah sistem yang terdiri dari perangkat hardware dan software, koleksi elektronik, staf pengelola, pengguna, organisasi, mekanisme kerja, serta layanan dengan memanfaatkan berbagai jenis teknologi informasi. Dari kedua definisi tersebut dapat dikatakan bahwa perpustakaan digital merupakan suatu perpustakaan di mana seluruh isi koleksi dan proses pengelolaan serta layanannya berupa kumpulan data dalam bentuk digital.

Perkembangan perpustakaan digital bagi pengelola perpustakaan dapat membantu pekerjaan di perpustakaan melalui fungsi automasi perpustakaan, sehingga proses pengelolaan perpustakaan lebih efektif dan efisien. Fungsi automasi perpustakaan menitikberatkan pada bagaimana mengontrol sistem administrasi layanan secara otomatis terkomputerisasi. Sedangkan bagi pengguna dapat membantu mencari sumber informasi yang diinginkan dengan menggunakan katalog on-line yang dapat diakses melalui intranet maupun internet, sehingga pencarian informasi dapat dilakukan kapan dan dimanapun ia berada.

Digital library atau perpustakaan digital merupakan suatu kumpulan/koleksi artikel-artikel dan laporan yang tersedia untuk bacaan on line atau diunduhkan (download). perpustakaan digital mengarah pada inisiatif pembelajaran integratif. perpustakaan digital merupakan sumber untuk mengirimkan teks lengkap dan referensi penting mutimedia, serta mudah untuk digunakan dalam penelitian. Pengguna dapat menemukan jawaban yang mereka butuhkan lebih dari 2000 majalah, surat kabar, buku-buku dan transkrip teks lengkap- termasuk ribuan peta, gambar, website penddik dari pusat pekerjaan rumah dan file audio/video.

Berdasarkan pada pengertian perpustakaan digital, maka komponen yang diperlukan di dalam perpustakaan digital diantaranya:
1. Perangkat komputer.
2. Koneksi dengan internet.
3. Ensiklopedia elektronik.
4. e-books.
5. Koleksi CD pembelajaran interaktif.
6. File audio/video.
7. Katalog buku.

Semua komponen perpustakaan digital tidak hanya dapat memberikan kontribusi yang optimal bagi layanan perpustakaan tetapi juga membantu meningkatkan kemampuan di bidang teknologi informasi dan komunikasi. perpustakaan digital memberikan layanan mengembangkan imajinasi dan daya fikir jauh ke depan dengan informasi yang diperolehnya sesuai dengan apa yang ingin dicapainya. Perpustakaan digital memberikan informasi yang cepat dan tepat ke sasaran, walaupun sering kali terbentur pada masalah bahasa karena sebagian besar sumber perpustakaan digital menggunakan bahasa Inggris. Tetapi, justru hal ini menjadi pemicu agar pengguna (dalam hal ini masyarakat luas) meningkatkan kemampuan bahasa Inggris dan juga membantu penguasaan bahasa Inggris secara tertulis. Dengan memiliki komunitas yang berkualitas, masyarakat akan menjadi unggul yang dapat berkompetisi di masyarakat dan menjadi generasi yang lebih baik yang bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara. Secara spesifik manfaat perpustakaan digital bagi komunitas masyarakat di antaranya:
- Bagi Pengguna
a. Mendapatkan referensi tambahan
b. Mendapatkan sajian yang lebih menarik dan menantang
c. Meningkatkan kemampuan di bidang teknologi informasi.
- Bagi Pustakawan
a. Mampu memberikan layanan yang lebih bervariasi bagi masyarakat;
b. Mampu membantu komunitas masyarakat dalam menyediakan informasi yang diperlukan;
c. Dapat menyimpan data perpustakaan secara elektronik di komputer (Daftar buku, katalog, daftar anggota, dan lain-lain);
d. Mempermudah dalam pencarian data;
e. Meningkatkan kemampuan di bidang teknologi informasi.

Automasi perpustakaan dan perpustakaan digital merupakan produk dari pemanfaatan kecanggihan teknologi informasi. Bagi perpustakaan sendiri penggunaan TI dapat mengefisiensikan dan mempermudah pekerjaan dalam perpustakaan, memberikan layanan yang lebih baik kepada pengguna perpustakaan, meningkatkan citra perpustakaan, sekaligus mengembangkan infrastruktur nasional, regional dan global.

Merancang Perpustakaan Berbasis Teknologi
Kerjasama antar perpustakaan secara elektronik telah berkembang seiring dengan perkembangan teknologi yang telah memungkinkan untuk itu dan didasari adanya kebutuhan untuk menggunakan sumber daya bersama. Bentuk tukar-menukar maupun penggabungan data katalog koleksi adalah suatu hal yang sudah biasa terjadi dalam perpustakaan, kerjasama dapat dilakukan jika masing-masing perpustakaan itu memiliki kesamaan dalam format penulisan data katalog data. Persoalan yang sering dihadapi dalam kerjasama tukar-menukar atau penggabungan data adalah banyaknya data yang ditulis dengan suka-suka yaitu tidak memperhatikan standar yang ada. Pekerjaan konversi data merupakan hal yang membosankan dan memakan banyak waktu. Sering data katalog dalam perpustakaan tidak menggunakan standar, hal ini  banyak terjadi karena kurangnya pemahaman akan manfaat standar penulisan data. Pertemuan-pertemuan mungkin perlu sering diadakan diantara anggota-anggota jaringan perpustakaan untuk menentukan standar-standar dan prosedur-prosedur yang digunakan bersama.

Menurut Zainal A. Hasibuan dalam makalahnya "Pengembangan Perpustakaan Digital", metodologi untuk membangun sistem perpustakaan digital yang dikenal dengan istilah Fast Methodology, ada 6 (enam) fase yaitu (1) requirement analysis phase, (2) decision analysis phase, (3) design phase, (4) construction phase, (5) implementation phase, dan (6) operation and support phase, Sedangkan menurut Ikhwan Arif dalam makalahnya "Konsep dan Perancangan dalam Otomasi Perpustakaan", tahapan membangun sistem automasi perpustakaan terbagi dalam 7 (tujuh) tahap, yaitu (1) persiapan, (2) survei, (3) disain, (4) pembangunan, (5) uji coba, (6) training, dan (7) operasional. Tahapan-tahapan atau metodologi dalam membangun dan mengembangkan sistem perpustakaan digital merujuk pada kedua penulis tersebut di atas

Pada fase awal yaitu requirement analysis phase, dilakukan kegiatan analisis mengenai semua kebutuhan yang akan dikembangkan perpustakaan digital serta modul-modul apa saja yang akan dibuat dalam perpustakaan digital, sedangkan pada fase kedua yaitu decision analysis phase, dilakukan kegiatan yang menyangkut keputusan yang akan diambil dalam menentukan sistem operasi, basis data, bahasa pemrograman dan teknologi yang digunakan dalam pengembangan sistem perpustakaan digital. Langkah selanjutnya mendesain dan mengkonstruksikan serta mengimplementasikan sistem yang dibangun. Adapun langkah yang dilakukan adalah mendesain rancangan arsitektur sistem, basis data dan rancangan interface yang dikenal dengan design phase. Pada fase keempat yaitu construction phase, kegiatan yang dilakukan pada fase ini adalah setelah perancangan sistem perpustakaan digital yang telah dibuat pada fase sebeiumnya akan diimplementasikan menjadi sebuah program. Jadi pada fase ini kegiatan yang dilakukan adalah pemrogram baik untuk implementasi server, back office, maupun front ofice. Pada fase selanjutnya yaitu implementation phase, kegiatan yang dilakukan pada fase ini adalah pengujian terhadap sistem yang dibuat yang telah diimplementasikan baik untuk implementasi server, back ofice, maupun front ofice. Adapun tujuannya adalah untuk mengetahui apakah sistem perpustakaan digital yang dibuat telah memenuhi kebutuhan yang ada. Pada fase keenam yaitu training phase, kegiatan yang dilakukan pada fase ini adalah training kepada staf, operator, teknisi, dan administrator yang akan menangani sistem perpustakaan digital. Pada fase terakhir yaitu operation and support phase, kegiatan yang dilakukan pada fase ini adalah pengoperasian sistem perpustakaan digital serta dilakukan perbaikan masalah yang timbul serta memelihara sistem yang telah beroperasi. Dengan langkah-langkah seperti ini diharapkan sistem perpustakaan digital yang dibangun dapat berjalan sesuai dengan yang dikehendaki.

Menciptakan SDM Pustakawan yang Unggul
Siapa pun tahu bahwa profesi pustakawan di negeri ini masih merupakan  “pilihan profesi yang alternatif”, tenaga pustakawan “dipandang sebelah mata”, tenaga pengelola perpustakaan “tenaga buangan”, dan lain-lain. Walaupun kita tahu bahwa tenaga pustakawan merupakan jabatan karir dan jabatan fungsional yang telah diakui keberadaannya oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan terbitnya Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) nomor 18 tahun 1988 dan telah diperbaharui dengan SK Menpan nomor 132 tahun 2002.

Melihat permasalahan tersebut, mau tidak mau perpustakaan perguruan tinggi mulai berbenah dengan membekali para tenaga pengelolanya baik tenaga administratif maupun fungsional pustakawannya bersikap profesional dalam memberikan pelayanannya. Untuk dapat bersikap profesional banyak perpustakaan perguruan tinggi mulai melakukan pengembangan sumber daya manusia (SDM) khusunya melatih tenaga pengelola perpustakaan atau pustakawan dalam bidang layanan, komputer, bahasa Inggris, studi banding ke berbagai perpustakaan yang lebih maju, mengikutsertakan dalam seminar maupun magang di bidang ilmu perpustakaan, serta teknologi informasi dan komunikasi, dan mengikutsertakan pendidikan formal S2 bidang ilmu perpustakaan dan informasi, serta peningkatan kualitas/mutu layanannya dengan pembekalan layanan prima bagi tenaga pengelola perpustakaan/pustakawan.

Dalam meningkatkan kualitas/mutu layanan para pengelola perpustakaan dalam hal ini pustakawan dituntut bersikap profesional. Untuk menjadi tenaga profesional yang perlu diperhatikan adalah kepribadian, kompetensi, dan kecakapan. Selain itu tenaga pengelola perpustakaan dituntut bersikap SMART, yaitu siap mengutamakan pelayanan, menyenangkan dan menarik dalam memberikan layanan, antusias atau bangga pada profesinya sebagai tenaga fungsional pustakawan, ramah dan menghargai pemakai perpustakaan, serta tabah di tengah kesulitan yang dihadapi. Dalam konteks pengembangan perpustakaan perguruan tinggi yang bertaraf internasional yang perlu diperhatikan pula adalah masyarakat pemakai perpustakaan dalam hal ini sivitas akademika (mahasisiwa, staf pengajar, dan peneliti) sangat berharap agar dalam memberikan layanan, para pengelola perpustakaan (pustakawan) dapat meningkatkan kualitasnya secara optimal. Seperti diketahui bahwa negara-negara maju pasca ditandatanganinya General Agreement on Tariff and Service (GATS), dewasa ini sedang berlomba-lomba untuk meningkatkan mutu layanannya dengan menerapkan sistem manajemen mutu  (Quality Management System) di mana merupakan bagian dari sistem mutu internasional (International Quality System) seri ISO 9000.

Seiring dengan berjalannya waktu, kesadaran telah melingkupi banyak pihak tentang perlunya peningkatan mutu di seluruh lapisan pelayanan publik termasuk layanan perpustakaan di Indonesia, maka tahun 1979 disahkan standar baku mutu yang diakui di seluruh dunia dengan nomor seri BS5750. Tahun 1987 sejumlah negara telah mensahkan sebuah kesepakatan tentang standar sistem mutu internasional (International Quality System Standard) dengan seri ISO 9000. (M.Afnan Hadikusumo, 2005)

Penutup
Perpustakaan sebagai salah satu sarana pembelajaran yang dapat menjadi sebuah kekuatan untuk mencerdaskan bangsa. Perpustakaan mempunyai peranan penting sebagai jembatan menuju penguasaan ilmu pengetahuan yang sekaligus menjadi tempat rekreasi yang menyenangkan, menyegarkan, dan mengasyikkan. Oleh karena itu revitalisasi perpustakaan perlu diupayakan agar dapat berkembang dengan baik dan up to date di era globalisasi ini.

Hadirnya teknologi yang menghasilkan automasi perpustakaan, perpustakaan digital dan perangkat teknologi lain yang memudahkan masyarakat untuk memperoleh informasi yang aktual melalui perpustakaan, serta diimbangi dengan pustakawan berkualifikasi profesional yang bertanggung jawab atas perencanaan dan pengelolaan perpustakaan sekolah, bekerja sama dengan semua anggota komunitas, dan berhubungan dengan perpustakaan umum dan lainnya. Diharapkan perpustakaan Indonesia mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dalam hal penyajian informasi yang lengkap dan pelayanan yang optimal serta bertaraf internasional.

Daftar Pustaka
Fahmi, Ismail, 2004. Inovasi Jaringan Perpustakaan Digital: Network of Networks (NeONs). Makalah Seminar dan Workshop Sehari Perpustakaan dan .Informasi Universitas Muhammadiyah Malang 4 Oktober 2004.

Hasibuan, Zainal A, 2005. Pengembangan Perpustakaan Digital: Studi Kasus Perpustakaan Universitas Indonesia. Makalah Pelatihan Pengelola Perpustakaan Perguruan Tinggi. Cisarua - Bogor, 17-18 Mei 2005.

Hassane, Nur; Otomasi Perpustakaan.- Librarycorner.0rg/2007/02/28/otomasi-
perpustakaan. Down load tanggal 6 September 2007

Ikhwan, Arief, 2004. Konsep dun Perancangan dalant Outomasi Perpustakaan. Makalah Seminar dan Workshop Sehari Perpustakaan dan Informasi Universitas Muhammadiyah Malang 4 Oktober 2004.

I Made Sudja Yadnya. Perpustakaan di Era Globalisasi Informasi : Media Pustakawan
: Media komunikasi antar pustakawan Vol. 12 no. 1 Maret 2005 .- Jakarta:Perpustaakaan Nasional RI, 2005

Koswara, E (editor); Dinamika informasi dalam era global ; Pengurus Pusat Ikatan
Pustakawan Indonesia (IPI). Jakarta : IPI dan PT. Remaja Rosdakarya, 1988

Nasution, Sabirin. 1986. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Medan : Panitia Penataran Perpustakaan Pemda Tk I dan Pemda Tk II

Perpustakaan Pergutuan Tinggi : Buku pedoman / Departemen Pendidikan Nasional
RI Dirjen Dikti, Jakarta, 2004

Taryadi, Alfons, Buku dalam Indonesia Baru, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta : 2005 

Zurni Zahara, Konsep Dasar Ilmu Perpustakaan ©2004 Digitized By USU Digital Library

(hhtp://www.proquesttk.com/productinfo/elibrary.shtm)

Comments

Popular Posts